“ DARAH PERJUANGAN DI HANTARUKUNG “
I.
DI RESIDEN BELANDA
Belanda
bersidang dan setelah selesai memuja kerajaan, lalu membicarakan mengenai
perkebunan.Menurut laporan hasil perkebunan menurun karena sering dicuri dam
dirampok oleh para pemberontak pribumi. Kemudian diputuskan bahwa pihak Belanda
harus melakukan pencarian dan pengejaran terhadap para pemberontak.
Tidak berapa
lama Utuh Hantarukung memasuki ruang sidang, setelah berbasa-basi dia
menyatakan keinginannya untuk mengundurkan diri. Setelah disetujui oleh Hoof
Onderneming, Utuh pun keluar ruang sidang. Ternyata Belanda tidak percaya begitu saja terhadap pengunduran diri
Utuh dari residen, mereka curiga Utuh adalah anggota pemberontak, Hoff
Onderneming mengambil keputusan untuk menyilidiki gerak-gerik Utuh. (sidang
ditutup)
II.
DI PERJALANAN
Rombongan
kelompok kesenian yang dipimpin oleh
Utuh dalam perjalanan pulang setelah selesai bergelar, ditengah
perjalanan mereka bertemu dengan rombongan Belanda yang mengejar para
pemberontak. Rombongan Belanda bertanya apakah rombongan utuh melihat para
pemberontak, tetapi dijawab tidak. Belanda meminta penjelasan dari utuh siapa
orang-orang yang bersamanya. Utuh menjelaskan bahwa sekeluarnya dari residen
Belanda dia memimpin rombongan kelompok kesenian keliling. Mendengar keterangan
dari utuh, Belanda jadi percaya bahwa utuh bukan seperti mereka curigai. Hoff
Onderneming meminta agar utuh dan rombongannay menghibur dan menari-nari.
Permintaan Hoof Onderneming dikabulkan, mereka menari sambil bernyanyi,
tetapi keramaian mereka terpaksa dihentikan karena bedug subuh sudah berbunyi.
Rombongan Utuh pun pamit untuk melakukan ibadah dan berjanji suatu saat akan
disambung lagi. Belanda mengijinkan, rombongan kesenian melanjutkan perjalanan,
rombongan Hoff Onderneming juga melanjutkan perjalanan.
III. DI
RUMAH PAKACIL
Para pejuang berkumpul sambil melakukan pengajian (tema
perjuangan). Tidak berapa lama Utuh Hantarukung datang dan menyatakan
bahwa dia sudah berhenti dari pekerjaannya di residen Belanda. Dia menyatakan
ingin bergabung lagi dengan masyarakat di kampung Hantarukung, tetapi
orang-orang tidak percaya dan tetap menganggapnya sebagai mata-mata Belanda,
hanya ada beberapa orang yang membelannya (dari kelompok kesenian). Konflik
diantara mereka semakin panas, Pakacil yang bijaksana juga tidak dapat berbuat
apa-apa karena kalah suara dengan orang-orang yang tidak menyetujui keinginan
utuh untuk bergabung. Dengan pertimbangan daripada menimbulkan permasalahan dan
perpecahan, akhirnya utuh pamit dan meninggalkan perkumpulan itu.
Tidak berselang lama setelah utuh pergi, Rombongan
Belanda datang dengan tujuan mencari kelompok pemberontak, kemudian dijelaskan
Pakacil bahwa di kampung Hantarukung tidak ada kelompok pemberontak, sedangkan
kelompok yang ada di rumahnya adalah kelompok pengajian keagamaan dan tidak
tahu sama sekali meengenai kelompok pemberontak yang dimaksud oleh Belanda. Hoff
Onderneming percaya saja dengan penjelasan itu, tetapi Hoff
Administration melihat ada gandut
(penari) dari rombongan kesenian utuh hantarukung, kemudian berbisik kepada Hoff
Onderneming. Mendengar informasi dari tersebut Hoof Onderneming
mengajak para gandut untuk menari-nari, tetapi ditolak secara halus dengan
alasan bahwa mereka berada ditempat yang tidak sesuai yaitu tempat pengajian
dan menjanjikan akan melayani keinginan Hoff Onderneming. Hoff
Onderneming kemudian mengundang agar rombongan kesenian datang untuk
meghibur di residen besok malam. Setelah saling memandang dengan yang hadir,
Pakacil angkat bicara dan menyatakan kesediaan untuk datang untuk menghibur Hoff
Ondeneming. Belanda pun permisi meninggalkan tempat pengajian. Setelah
sedikit berbicara dan membangkitkan
semangat, Pakacil dan yang lain keluar.
IV. DI
RESIDEN BELANDA
Setelah
sedikit berdialog tentang hasil pengejaran dan investigasi kedaerah pemberontak,
Belanda menunggu kedatangan rombongan kesenian. Tak berapa lama rombongan
kesenian datang, Pakacil terlebih dahulu masuk ruangan, berikutnya para gandut
masuk sambil menari. Pesta dimulai, Hoff Onderneming dan seluruh staf
residen ikut menari sambil meminum arak yang telah disediakan oleh kelompok
kesenian atas perintah Pakacil. Hoff Onderneming dan seluruh staf
menjadi mabuk.
Melihat
keadaan sudah mendukung Pakacil memberi isyarat supaya para pejuang yang masih diluar untuk memasuki ruangan dan
mulai melakukan penyergapan (mulai dari mandor 1 dan mandor 2), kemudian Pakacil memerintahkan agar tarian dan
musik dihentikan, kemudian meneriakkan yel-yel perjuangan. Melihat banyaknya
pejuang dan sudah tidak ada mandor 1 dan mandor 2 serta banyaknya para pejuang
bersenjata parang dan tombak memasuki ruang pesta Hoff dan seluruh staf
menjadi kalang kabut (panik). Menyadari telah terkepung dan kalah jumlah, Hoff
menentang agar diadakan duet satu lawan satu, tak kalah gertak para pejuang
setuju. Ketika kedua pihak sudah saling berhadapan, tiba-tiba masuk seseorang
yang bertopeng datang meminta para pejuang mundur dan bersiaga saja, dan
biarkan Dia yang menghadapi Belada yang bersenjata lengkap. Para
pejuang menyisi dan siaga. Setelah bertarung, staf belanda kalah, Hoof
terluka dan sekarat karena ternyata orang bertopeng itu kebal dengan segala
macam senjata.
Melihat
keadaan sudah diatas angin para pejuang bersorak gembira, tetapi Pakacil
mengangkat tangan memberi tanda agar semuanya diam. Pakacil ingin tahu siapakah
orang bertopeng yang selalu menolong perjuangan mereka disetiap keadaan genting
itu. Orang itu membuka topengnya, semuanya terkejut, kecuali beberapa orang
gandut dan anggota rombongan kesenian yang memang sudah tahu sepak terjang Utuh
Hantarukung.
Ketika itu, semuanya tidak menyadari Hoof
Onderneming bangun dan menikamkan pedang kepunggung Utuh Hantarukung. Utuh
terluka dan rebah, kekebalannya hilang karena jimat kesaktian yang ada di
kepalanya ikut lepas setelah dia melepaskan topengnya.
Beberapa
pejuang yang marah langsung menyerah Hoff Onderneming hingga tewas. Utuh
yang terluka, rebah dan meninggal di pangkuan Siti sang gandut, disaat itulah
terungkap bahwa Siti telah lama memendam perasaan cinta kepada Utuh Hantarukung.
Pakacil
berusaha menenangkan semua pejuang yang
beduka, dengan mengambil hikmah bahwa dalam setiap perjuangan terkadang
menuntut pengorbanan, tidak hanya harta dan tahta, bahkan nyawa. Tetapi agar
semua mendapat ridho Allah SWT semua harus di barengi dengan do’a. Kemudian
Pakacil memimpin do’a. Setelah selesai berdo’a Pakacil mengucapkan yel “ Sakali
Bajajak Caram Kahandak Di Bawah Talapak, Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing “
----- S E L E S A I -----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar